Kulepas, ingin
Berselimutkan madu
Manis kujilat
Pupil menyempit
Meronta dua sukma
Jemput syurgaku
- Ki Hasan, Kebun Seni, Lilis Krisnawati dan 22 lainnya menyukai ini.
- Diro Aritonang DISKUSI SPESIAL : Jika dalam pembahasan kita sudah menampilkan Hikmat Gumelar, Ganjar Kurnia , dan Beni Setia, kini giliran yang muda Denok Indriyaty Denok Indriyaty Pramesty, Denok sempat blusukan sebagai jurnalis, juga mengemari fotografi, kini lebih berkonsentrasi pada penulisan buku. Dalam haikuKu, ada hal yang menonjol dalam mengeksplorasi perasaan, tentang sisi kewanitaannya, maupun pikirannya yang jernih. Kita ambil dua haikunya yang cukup menarik bisa kita bahas. haikuKu berharap seluruh anggota punya hak untuk ikut membahas, bertanya langsung pada haikuisnya, namun haikuKu akan mengundang beberapa teman untuk sedikit memberi pandangan, mulai dari kang Hikmat Gumelar, Kang Ganjar Kurniar, Bang Yesmil Anwarl, Kang Beni Setia, Kang Soni Farid Maulana, Bang Isbedy Stiawan Z S , Abah Ki Hasan,Kang Igun Prabu, Ersa Sasmita, Bang Iwan Soekri, Kang Sudiyanto Admipro, dan semua yang tertarik. Silahkan, kita mulai dari sekarang hingga pukul OO.OO Wib.
- Yusef Muldiyana http://webhaiku.blogspot.com/.../kumulan-haiku-denok-i-p...
webhaiku.blogspot.com|Oleh Blog Haiku - Yusef Muldiyana Tapi sesuai sama grafisnya. Bisa mengandung banyak arti. Bisa lari ke arah erotika atau malah religi. Ke ah dilanjut bade ka Rumentang Siang heula.
- Ipit Saefidier Dimyati Boleh, kang Diro Aritonang. Menurutku haiku denok memancarkan kegairahan dalam menjalani hidup. Pilihan katanyanya sederhana, tetapi telah memberikan kenyamanan bagi pembacanya, paling tidak bagi diriku.
- Sudiyanto Admipro Suasana Merintihnya asyik pisan ......Wah teman memanggil Janten ke ahk dilanjutnya .....pan sampai jam 00......ayeuna mayunan tamu heula ......
- Igun Prabu 1. berbau pemberontakan dari ketidak puasan terhadap harkat kemanusiaan Haiku karya Denok Indriyaty Pramesty diatasmenguasai tiga relasi manusia, yakni subjek dengan kesadarannya sendiri, subjek dengan pembacanya dan subjek dengan alam liarnya.namun pe...Lihat Selengkapnya
- Henda Surwenda Atmadja Om Diro yang telaten, menurut saya, lebih baik kita bangkitkan, kita gali, eksplorasi saja dulu seluruh potensi haikuis yang sdg demam ini. bila sejak dini mendaulatkan ke seseorang, aku khawatir kreatifitas yang lainnya jadi mandeg/stagnan karena blm apa apa sdh dimunculkan standar figur kualitas. padahal kita sadari, haiku ini barang baru bagi penikmat sastra di sekitar kita. Berikan dulu ruang ruang berekspresi bagi yang lain(sngt banyak haikuis ini) dengan panduan teori/pakem yg sdh disampaikan. Bila perlu, masing2 haikuis ini sampai muntah memuncratkan karya karya briliannya. Ketokohan akan lahir sejatinya apabila ruang2 terbuka diberikan kebebasan yang tetap berkaidah. niscaya tokoh, sosok keteladanan, dengan syair syair haiku nya yang menawan dan penuh pesona akan lahir secara alamiah dan teruji keindahan dan kedalaman sastranya. Kitu we lah heula kumandang ti simkuring mah. Nuhun Om Diro
- Ki Hasan Halah aingah, eta uing di-abah-keun pisan, Bang Diro Aritonang. Bagi saya ini haiku mengingatkan saya akan serunya pertempuran 'kurusetra' di malam pertama bulan Rayagung setelah sawala akbar di Bale Nyungcung.
- Alma Elise W Saya tidak melihat hal lain selain kisah singkat persenggamaan. Apalagi dipadu dengan gambar seorang perempuan yang mengesankan hasrat murahan. Dan yang semacam ini menurut saya menggelikan.
- Alma Elise W Dan saya sama sekali tidak mencium--bagian mana--yang berbau pemberontakan dari ketidak puasan terhadap harkat kemanusiaan, seperti yang igun prabu sebutkan..
-
- Henda Surwenda Atmadja Om Diro yang telaten, menurut saya, lebih baik kita bangkitkan, kita gali, eksplorasi saja dulu seluruh potensi haikuis yang sdg demam ini. bila sejak dini mendaulatkan ke seseorang, aku khawatir kreatifitas yang lainnya jadi mandeg/stagnan karena blm apa apa sdh dimunculkan standar figur kualitas. padahal kita sadari, haiku ini barang baru bagi penikmat sastra di sekitar kita. Berikan dulu ruang ruang berekspresi bagi yang lain(sngt banyak haikuis ini) dengan panduan teori/pakem yg sdh disampaikan. Bila perlu, masing2 haikuis ini sampai muntah memuncratkan karya karya briliannya. Ketokohan akan lahir sejatinya apabila ruang2 terbuka diberikan kebebasan yang tetap berkaidah. niscaya tokoh, sosok keteladanan, dengan syair syair haiku nya yang menawan dan penuh pesona akan lahir secara alamiah dan teruji keindahan dan kedalaman sastranya. Kitu we lah heula kumandang ti simkuring mah. Nuhun Om Diro
- Ki Hasan Halah aingah, eta uing di-abah-keun pisan, Bang Diro Aritonang. Bagi saya ini haiku mengingatkan saya akan serunya pertempuran 'kurusetra' di malam pertama bulan Rayagung setelah sawala akbar di Bale Nyungcung.
- Alma Elise W Saya tidak melihat hal lain selain kisah singkat persenggamaan. Apalagi dipadu dengan gambar seorang perempuan yang mengesankan hasrat murahan. Dan yang semacam ini menurut saya menggelikan.
- Alma Elise W Dan saya sama sekali tidak mencium--bagian mana--yang berbau pemberontakan dari ketidak puasan terhadap harkat kemanusiaan, seperti yang igun prabu sebutkan..
- Hikmat Gumelar Seks adalah anugerah. KaruniaNya. Pengungkapan keindahan seks dengan teks bisa sampai sebentuk syukur. Tapi sampai kini Indonesia masih sebuah negara yang normatif. Keimanan masih kerap diimani identik dengan penghakiman. Semakin suka memalu kepala liyan atas naman iman, semakin berimanlah kita. Dalam konteks demikian, ekspresi mengenai seksualitas menjadi korban. memang banyak karya yang diniatkan sekadar pembakar syahwat murahan. Tapi tak sedikit pula karya yang mengalirkan gelombang keindahan seksualitas. Karya DIP, setidaknya bagi saya, termasuk pada jenis kedua. Ini antara lain dimungkinkan oleh "Meronta dua sukma". Baris tersebut menandai bahwa yang terjadi bukan melulu tubuh yang kelejotan terbakar nafsu jalang. Menjadi kian mengacu ke situ ketika yang dijemput disebut "syurgaku". Kata "surga", kita tahu, datang dari ranah agama. memang kata itu suka pula dipakai untuk menamai apa-apa yang justru bertentangan dengan agama. Namun, dalam karya DIP itu, "surga" bertaut dan saling menguatkan dengan "sukma". Jadi, seksualitas yang diucapkan DIP, hemat saya, jenis seksualitas yang mungkin merupakan KaruniaNya. Hanya saja, punten, imaji seks yang luhur itu jadi terganggu oleh gambarnya. Selain itu gambar lebih menonjol, yang ditonjolkannya pun figur dan warna membetot pada aosiasi ranjang terlarang. Ada memang diksi yang mungkin masih perlu kita diskusikan logikanya atau musikalitasnya. Tapi ini tak terlalu mengusik. Gambar itu, yang untuk saya, ko terasa menganggu. Punten. Nuhun.
- Iwan Soekri Sebagai haiku, dua haiku yang menjadi satu, cukup menarik.
Kemagisan haiku adalah lompatan gagasan! - Diro Aritonang Kang Henda Surwenda Atmadja, kita bukan mau memunculkan ketokohan, ini bagian program dalam mengasah pikiran. Apa yang kita buat punya nilai ga? Berkarya terus, tapi kita juga perlu amunisi pikiran, pemahaman dan apresiasi. Kita akan turunkan haikuis secara bergilir, dan akan dipilih hal-hal dari kecenderungan haikuis yang menarik. Dari seluruh pengisi haiku di grup ini telah menyimpan segudang nilai-nilai hidup yang bisa kita gali besensinya. Kang Handa juga akan mendapat giliran untuk diguar apa yang menjadi pemikiran, obsesi, harapan dan sebagainya. Kitu kang...
- Henda Surwenda Atmadja kalau melihat waktu, baiknya awal 2015, medio januari. biar semua bisa terlibat dan serius. ach ini mah saran saja. klw pun menurut temen2 mau di wacanakan sejak dini pun, ya jalan saja, he he he.
- Tike Agus Chayaang Ceuk urangg malaya. ''Seronok'' bikin lalaki molohok. Oh, Denok Montok, kamu bagiku kamu tak elok..
Alma Elise W iya, betul mas Hikmat Gumelar , haiku semacam ini memang jelas perlu didiskusikan lagi diksi dan logikanya jika harus diposisikan sebagai haiku yang mengalirkan gelombang keindahan seksualitas yang luhur atas karuniaNya. hehe..
oh, iya, mas Diro Aritonang, saya masih kurang paham, sebetulnya, “sebuah haiku” itu hanya terdiri dari tujuh belas suku kata yang disusun tiga baris dengan patron 5-7-5 atau bagaimana? Karna kalau disuguhkan seperti yang di atas itu, atau jika dipisahkan lagi, akan terasa lain lagi kesan-maknanya..Yusef Muldiyana http://webhaiku.blogspot.com/.../membahas-haiku-denok...
webhaiku.blogspot.com|Oleh Blog HaikuAfrilia Utami coba menggali dalam perspektif lain. Kulepas, ingin/Berselimutkan madu/Manis kujilat//. dalam otoritas sebagai manusia yang dilahirkan bersama nafsu= menempel dengan 'keinginan.'apa yang diinginkan membuat manusia mengejar kuasa atas sikap dengan identitas secara menyeluruh, atau dengan kuasa atas pengerjaan keinginan dengan gerak a-identitas. apa itu a-identitas? melepas tentang identitas sebagai 'keterangan' mahkluk, yang ia kenakan dalam perjalanan, namun kepada penghayatan klimaks atas usia "keinginan". bukankah suatu hukum pengalaman, semakin banyak kita memanjakan keinginan, semakin kita didera penderitaan oleh karena daya juang mendapatkannya. maka, penyair di sini, seperti melepas bagian sisi manusia yang penuh oleh 'duka' di kamarnya. "berselimutkan madu", cairan kental dan manis ini menyelimuti kepahitan yang telah ia lepas ke dalam, dan madu menyelimuti yang keinganan telanjang, artian telanjang di sini adalah keinginan yang sebenarnya tidak menjamin kita mati saat tidak merealisasikannya. kosong. dan penulis menarik ke dalam suatu elemen tempat peristirahatan, menarik selimut, yang dekat dengan ranjang tempat tubuh tertidur dan merasakan keinginan baru yang harus diisolir antara pelepasan atau pertahanan. namun penulis mengambil pilihan untuk melepas keinginan kosong, kujilati madu katanya. keinginannya telah dilepas pergi, dan lidahnya mencecap bukan air mata kembali saat keinginan yang ia kejar dengan kendali dirinya, ia meredam, dan manis dicecap, bukan lagi asinnya air mata. sebagaimana keinginan bahar bakar dari penderitaan itu sendiri. Tuhan menciptakan bermacam tangga untuk kita naiki.
Igun Prabu betul sekali apa yang disampaikan oleh kawan Alma Elise W mengenai pendapatnya bahwa Haiku Denok Indriyaty Pramesty diatas menurutnya adalah kisah singkat persenggamaan yang menggelikan..(ancilla Theologia) dan saya sendiri menganggukan kepala tanda setuju..namun bukankah persetubuhan (pun) adalah bagian kecil (namun utuh secara komposisi) dari Harkat Kemanusian..?? dalam konteks Haiku diatas adalah Perempuan, bait pertama pada kata "Kulepas" banyak Literalisasi yang saya anut sebagai pemaknaan dari sebuah pemberontakan yang dikontruksi secara sistematis meski penyampaian si penulisnya yg saya lihat sih cenderung malu malu/ragu ragu (karena ini Haiku) sehingga ada kesan mengingkari dimensi fiksional pada abstraksinya yang spekulatif sehingga pemaknaan bisa menjadi kabur (sy tidak menyalahkan estetika grafhisnya) pada Bait selanjutnya saya menemukan kata "Pupil Menyempit" dan "Meronta" ini sudah sangat jelas berdiam pada ruang yang bernama Semiotika..dan ini sekalilagi ada keterikatan dengan sebuah "pemberontakan" karena persenggamaan yang singkat(pun) bagi perempuan adalah sebuah siksa bathin yang membekas,namun "kesakitan" bisa juga dimaknai sebagai akhir dari titik Puncak "Kenikmatan" pada harkat kemanusiaan tertentu..sahabat saya Alma Elise W dalam grup Haiku ini saya seperti diajak untuk belajar merelasikan lagi pikiran pikiran liar terhadap hubungan2 penjelmaan karya sastra (Haiku) yang berkaitan erat dengan metodologinya,namun celaka nya pikiran saya selalu ingin seliar liarnya tak terbatas pada level metodologi saja dan sy senantiasa bberusaha menjadikan karya Haiku bukan sebagai landasan metodologi pada saat Haikuis mencipta Haiku nanti kedepan. Maksudnya, menggunakan metodologi sastra sebagai ancilla theologia dalam membuat dan menafsirkan Haiku akan dangkal bila semata berhenti pada pembacaan estetik-teoritik dengan tanpa diikuti penelusuran fenomenologis dari karya Haiku itu sendiri.. Karena dengan penelusuran fenomenologis itu teologi Haiku menemukan
bentuk ekspresinya yang kompleks dalam dunia batin manusia, seperti halnya pengaruh karya HAIKU di hati pembacanya.Semoga saya sedang Bermimpi indah...Sopyan Tsauri aku setuju gambarnya dihilangkan saja atau diganti dg lukisan abstrak saja
Denok Indriyaty Pramesty Pilihan tepat bang Diro Aritonang
Ketika saya menulis sajak haiku diatas,
saya mencoba mentransformasikan fikiran saya atas suatu kejadian yang belum pernah saya alami. Betul kata mas Igun Prabu,” meski penyampaian si penulisnya yg saya lihat sih cenderung malu malu/ragu ragu (karena ini Haiku) sehingga ada kesan mengingkari dimensi fiksional pada abstraksinya yang spekulatif sehingga pemaknaan bisa menjadi kabur”.
Dari beberapa Artiket yang saya baca,
tentang hubungan sex, yang saya maksud hubungan suami-istri, ada kecenderungan rasa terpaksa dari pihak perempuan/istri. “kulepas ingin” bagi saya adalah sebuah pertanyaan, epekah itu kepasrahan atau keterpaksaan? pengabdian pada pasangan/suami dengan melepas segala keinginan akan medapat reward “menjemput syurga”.
Saya mencoba keluar dari ketauan-ketabuan masalah Senggama/hubungan sex yang selama ini menyelimuti hati
dan pikiran mnusaia Indonesia, yang dibungkus dengan istilah Adat ke-timur-an. Maka tidak salah apa yang ditulis Ibu Alma Elise W
Saya tidak melihat hal lain selain kisah singkat persenggamaan. Apalagi dipadu dengan gambar seorang perempuan yang mengesankan hasrat murahan. Dan yang
semacam ini menurut saya menggelikan.
Dalam gaya bahasa, dikenal bahasa kiasan. Gaya bahasa kiasan dibentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain, berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan
antara kedua hal tersebut. Perbandingan sebenamya mengandung dua pengertian, yaitu perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung, dan perbandirigan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan.
Demikian juga dengan puisi haiku
yang saya tulis diatas, tidak segamlang menceritakan kegiatan senggama/sex sesaat seperti layaknya ditempat –tempat prostitusi Saritem dan Dolly. Mangga di lanjut!
�Noer Listanto Alfarizi Grafisnya aduh, nanceub.
Haiku na madep..Denok Indriyaty Pramesty Mas Noer Listanto Alfarizi, itu yang bikin Abang Diro Aritonang, bukan saya lho, haha sorry salah nyebut....
Noer Listanto Alfarizi Bkin melayang-layang Teh DIP hehe
Sering-seringlah bkin haiku seperti biar kopi dan rokok bisa terganti hehe...Lihat SelengkapnyaNoer Listanto Alfarizi Saya lelaki Teh Denok Indriyaty Pramesty hehe
Ganjar Kurnia Keren habis yang nulis yang membahas.
Denok Indriyaty Pramesty Sudah tak beneri mas Noer Listanto Alfarizi. maaf! haha
Noer Listanto Alfarizi Hehe mksoh Mba Denok Indriyaty Pramesty..
Setuju kang Ganjar Kurnia
.Ersa Sasmita Menurut saya, Haiku karya Denok Indriyaty Pramesty ini, berhasil dalam mengungkapkan hubungan lawan jenis dengan bahasa asosiatif yang jauh dari kesan vulgar. Dibandingkan bahasa puisi Sutardji yang--maaf--menyebut langsung beberapa kata, antara lain kelamin, jembut,dll, bahasa Haiku Denok termasuk halus. Bahwa ada pembaca yang menangkap langsung apa yang ingin disampaikannya, tentu sah-sah saja; karena sebuah karya sastra bersifat ambigu, sehingga membebaskan pembaca untuk menafsirkan sesuai dengan tingkat apresiasinya masing-masing. Untuk ilustrasi foto pun, menurut saya, masih dalam katagori biasa, karena ditampilkan dalam bentuk close-up. Bahwa terkesan gambar model ini tak berbusana, sebaiknya melihatnya secara positif : sudah biasa kan kita di Indonesia melihat wanita berkemben dan terasa wajar-wajar bila kita melihatnya tidak menyimpan "Piktor". Salam.
Alma Elise W Oke, menarik. Diskusi ini jadi menarik ‘kan? Semoga Igun Prabu memang sedang bermimpi indah.hehe..
Mas sopyan, memangnya siapa yang meminta persetujuan anda? Hehe... becanda. Tapi maksud saya begini, mungkin gambar itu memang kesan yang ditangkap oleh mas diro dari haiku (yang digabungkan) di atas. Mungkin gambar tersebut yang dia anggap paling mewakili sebagai reinterpretasi haiku (yang digabungkan) tersebut. Mungkin iya, mungkin juga tidak. Biar mas diro yang menjelaskan.hehe.. yang jelas paduan haiku dan gambar tersebut terkesan menggelikan bagi saya.
Denok, tolong, jangan panggil saya ibu. Selain karna aku bukan ibumu, rasanya usia kita juga tak jauh beda.hehe.. oh, iya, semoga kamu juga tidak tersinggung apalagi salah paham, yang kumaksud menggelikan itu bukan soal persenggamaannya. Yang kumaksud menggelikan itu adalah jika haiku tersebut semata-mata hanya sebuah “potret” senggama. Walaupun itu sah-sah saja, seperti yang disampaikan mas Ersa barusan. Karna, baik diukur dengan ketimuran ataupun kebaratan, jika haiku tersebut semata-mata hanya sebuah potret persenggamaan, rasanya sama, menggelikan. Namun bersyukurlah saya jika memang bukan begitu adanya, seperti yang kamu sampaikan. Meskipun, sekali lagi, seperti yang di sampaikan mas ersa, jika begitu adanya pun itu sah-sah saja.hehe
oke, salam untuk semua.Denok Indriyaty Pramesty Suasana jelang malam semakin hidup, sebab memang kita hidup. Hehe..
Toh kita perempuan sama-sama calon ibu, ketika kelak waktunya. Kalau saya memang balum ada yang manggil ibu.
Ok Alma Elise W saya sebut nama saja.
Sebuah ide pemikiran/gagasan bisa
timbul kapan saja, saya kira di kalangan seniman itu sudah merupakan hal yang lumrah “merespon terhadap lingkungan sekitar” baik lingkungan antar mahluk atau dalam lingkup lingkungan fikir/gagasan.
Memang menemui kendala ketika saya mencoba ungkap sesuatu hal yang belum pernah saya alami, dasarnya hanya berbekal imaji, dan asumsi-asumsi, mungkin saja asumsi saya tidak tepat atau salah. Tapi saya anggap juga itu sah-sah saja saya berimaji, sebab imaji saya tentang pesetubuhan masih dalam tarap wajar (antara perempuan dan laki-laki) bukanya sesama jenis, haha….
Saya sendiripun kurang yakin puisi haiku yang saya tulis dapat dikatakan mewakili karya haiku yang sebenarnya.
Oh ya…..Salah paham, dan perbedaan pendapat bukan masalah, dan saya tidak memaknainya sebagai sebuah ketersinggungan. Mungkin sebab ada perbedaan penafsiran terhadap “pemilhan kata” dalam menyampaikan suatu melalui puisi haiku. Tak jadi soal, toh dalam membaca karya haiku, setiap kita masing masing punya interpretasi yang berbeda, dalam seni itu sah-sah saja.
Salam....Tike Agus Chayaang Maaf aku menafsirkan gambar. merah.kelewat tajam
Denok Indriyaty Pramesty Mba Tike Agus Chayaang, kerjaanya bang Diro Aritonang haha... Nah sudah banyak keberatan dengan gambarnya tuh bang..
Tike Agus Chayaang Ya Neng Denok, bahkan Eteh ga baca Bahwa itu karya Denok, menyebut namamu meluncur begitu saja. Kekuatan ilustrasi lebih menipu daripada kata terlebih dulu.. Maaf ya kalau kataku tak nyaman di hatimu . Gambar grafisnya Bang Diro berangkali harus direvisi biar tak salah persepsi.. Terjebak hahaha..
Denok Indriyaty Pramesty teu sawios teh Tike Agus Chayaang, Saya justru berterima kasih karyanya ada yg mengkritisi, itu sebuah pelajaran yang sangat berharga untuk melihat ke dalam diri saya sendiri, bahwa tersadar segalahal masih banyak kurang, hingga perlu keterlibatan orang lain untuk melengkapinya. Salam kawilujengan kanggo teteh sareng kulawargi. Maaf masih balelol Basa Sundana. hehe
Tike Agus Chayaang Sami sami Neng Denok. Salam kawilujengan kanggo Kulawargi. Mugia #Haiku janten beungkeut talisilaturrahim kangge urang sadayana. Utamina Eteh nu atah keneh diajarna.. Hatur nuhun nya
Diro Aritonang Alhamdulilah, diskusi ini hampir rampung. Saya yakin kita semua telah mendapatkan sesuatu dari haiku Denok Indriyaty Pramesty (DIP), hari ini haiku DIP telah menarik banyak perhatian, dari berbagai persepsi. Itulah haiku, jika ada yang tidak suka maupun yang suka pada grafis yang megusung haiku Denok. Itu syah-syah saja. Sengaja memang grafis itu dibuat berdasarkan karakter haiku tersebut, lebih fasion, atau istilah kang Igun Prabu, moronyoy. Memang dibuat seperti itu, agar daya tarik haiku iyu menjadi-jadi, atau bisa mencuri perhatian kita semua. Memang harus moronyoy. Kalau tidak moronyoy, belum tentu teman-teman tertarik. Tinggal sejauh mana anda semua memiliki kepekaan seni dan cita-rasa. Silahkan jika masih ada yang penasaran. Masih ada waktu samapai jam OO.00. wib. Nuhun....
Diro Aritonang Hasil diskusi ini akan didokumentasikan oleh Blok haikuKu. Mulai diskusi haiku Hikmat Gumelar, kang Ganjar Kurnia, Kang Beni Setia, dan DIP. Besok akan kita turunkan pula haikuis lain, tunggu besok. Kritisi dengan baik. Salam haikuKu.
Igun Prabu kalo bagi saya pribadi sudah cukup kang Diro Aritonang tinggal akang tarik kesimpulan dan ambil silabusnya dari pertemuan Haiku Denok Indriyaty Pramesty ini,pada hari ini saya memetik buah pelajaran bahwa Haiku ternyata bisa menjadi Sumber-sumber energi dan inspirasi dari geo-budaya yang(pasti) muncul di masa kemudian nanti...Haiku hadir sebagai formula penyegar bahasa dengan filosofi dan cita rasa sensualitas tinggi Semoronyoy..moronyoynya..Salam
Denok Indriyaty Pramesty Hatur nuhun kasadayana.
Diskusi yang sangat menarik dan banyak hasil yang saya ambil. Terutama semua komen saya Copas di My Documents.
Oke, Thank's.- Diro Aritonang Ok, sebenarnya apa yang kita hasilkan sekarang ini, dapat kita simpulkan dalam diri kita masing-masing. Wacana yang berkembang dari diskusi tentang haiku DIP, sebenarnya adalah persoalan-persoalan yang kita hadapi dalam realitas bangsa ini. Hanya, seperti apa yang sering disinggung oleh Igun Prabu, kita masih terperangkap pada sikap hipokritisme, padangan-pandangan yang naif dalam menafsirkan atau menterjemahkan nilai-nilai yang terkandung dalam adat-istiadat, tradisi yang sebenarnya memiliki nilai yang tinggi (lokal genius). Diskusi ini justru, tidak pernah terjadi pada haiku Jepang. Jika pun ada pada bentuk yang lain seperti Senryu. Ternyata, haikuKu tidak sama dengan haiku Jepang, haikuKu yang muncul dari sekian ratus anggota sudah hampir menemukan warna khas. Ini yang dapat membedakannya. Untuk mengahiri diskusi ini, saya hanya mengingatkan, bahwa kerendahan hati itu justru akan menuntun pada kekuatan, bukan kelemahan. Mengakui kesalahan dan melakukan perubahan atas kesalahan adalah bentuk tertinggi dari penghormatan pada diri sendiri. Salam haikuKu.
- Igun Prabu naon ieu ujug ujug meni reuwas...kaleresan tos Tutup kang Trisna To mang Diro Aritonang na bade uih...tos teu kiat bade moronyoy heula..heu
-
No comments:
Post a Comment